Sabtu lalu saya pergi berlari
sore bersama satu teman saya lalu kami lanjutkan untuk mencari makan ke daerah
Gatsu dengan menggunakan motor. Di salah
satu lampu merah, kami menemukan tiga mobil yang berhenti di ruang henti khusus
sepeda motor. Kami berdua cukup cerewet
untuk hal hal yang melanggar peraturan lalu lintas. Saat itu teman saya yang mengendarai motor
pun langsung mencari tempat dan berhenti di sebelah salah satu mobil tersebut,
kemudian berbicara secara tidak langsung ke pengendara itu “ini tempat berhenti
motor, bukan mobil.” Entah terdengar
atau tidak oleh pengendara tersebut. Saya
hanya diam dan memikirkan beberapa hal.
Ada yang menarik, saya berpikir,
apakah dengan cara teman saya seperti itu akan membuat pengendara tersebut
tidak akan berhenti di ruang henti khusus atau bahkan akan tetap saja
melakukannya? Lalu bagaimana kalau
pengendara tersebut diberitahu secara langsung dan baik baik, apakah dia akan
menurutinya atau bahkan punya pembelaan kuat?
Misal, saya melihat pengendara motor lainnya, apakah mereka menggunakan
ruang henti khusus tersebut? Tidak. Banyak
dari mereka yang berhenti di zebra cross bahkan di depan zebra cross. Saya kurang tahu alasannya, apakah karena
ruang henti khusus telah habis dimakan oleh pengendara mobil atau memang mereka
masih merasa kurang depan dengan diberikannya ruang henti khusus.
Kalau seperti itu harus bagaimana
dong? Pengendara mobil bisa saja menjawab, “Kan pengendara motor juga tidak
menggunakan ruang henti khusus ini, jadi kenapa tidak saya pakai saja?”
Atau kalau kita coba bertanya
kepada pengendara motor, “Yah kan kalo saya berhenti di zebra cross juga
penyebrang masih bisa menyebrang.” Bahkan mungkin, “Kalo saya berhenti di depan
zebra cross juga ga bakal ganggu pengendara dari arah lain, kan jalanan masih
luas tuh.”
Tipikal orang Indonesia, sudah
diberikan fasilitas dan peraturan untuk mencapai kenyamanan bersama, tapi tetap
saja lebih mementingkan kenyamanan diri sendiri.
Karakter orang Indonesia ini
membawa pikiran saya berjalan ke beberapa hari ke belakang. Salah satu pernyataan Prabowo yang membuat
saya menarik kesimpulan untuk tidak memilih Beliau. Beliau berkata, “Untuk mengurangi korupsi
kita harus menaikkan gaji pejabat.”
Sebentar. Gaji pejabat dan korupsi. Kalau menurut saya, itu bukan dua hal yang
mutlak akan berbanding terbalik. Gaji pejabat,
itu bukan satu variabel yang dapat menjamin menurunnya angka korupsi, lagipula
ada variabel lain yang harus ikut andil diukur dan diharapkan dapat berbanding
lurus dengan kenaikan gaji pejabat ini, misalnya tingkat kinerja dan loyalitas
para pejabat dalam melayani masyarakat, yakin akan berbanding lurus dengan
dinaikkannya gaji pejabat?
Korupsi, variabel utama yang
mempengaruhi naik turunnya angka korupsi bukanlah gaji pejabat, melainkan
sistem manajemen pengawasan (seperti kekurangan yang berhasil dideteksi oleh
Jokowi).
Jadi menurut saya, pernyataan
Prabowo itu mungkin untuk menarik perhatian para pejabat untuk memilih
Beliau. Bukan sebuah kesadaran Prabowo
akan karakter yang melekat pada bangsa ini.
Terlihat jelas dengan cerita cerita yang dapat kita temui sendiri di
lampu merah sepanjang jalan negara ini.
Pasti kita akan sering menemukan fenomena para pengendara yang dengan
santainya tidak menggunakan fasilitas yang ada dengan benar untuk kenyamanan
bersama.
Contoh lain, (ini saya dapat dari
teman saya) orang Indonesia lebih banyak terganggu dengan pasangan yang
mengumbar kemesraan di tempat umum dibanding orang orang yang membuang sampah
sembarangan. Kalau dipikir, apa sih yang
merugikan kita dengan melihat sepasang manusia berciuman di tempat umum? Lebih rugi lingkungan kita kotor karena
banyak yang membuang sampah sembarangan atau kerisihan diri kita sendiri dengan
melihat orang berciuman?
Kenyaman diri sendiri lebih
unggul dibanding kenyaman bersama. Itulah
salah satu karakter dasar orang Indonesia.
Masih banyak para pengendara mobil bahkan mobil dengan merk ternama
membuang sampah sembarangan dari jendela mobil, kalau kata dosen saya, “orang
orang seperti itu tidak pantas punya mobil, tidak menunjukkan pendidikan.” Ngapain lo sekolah tinggi tinggi, punya mobil
bagus, tapi masih aja gatau dimana buang sampah yang benar.
Contoh lain, banyak pengendara
baik mobil dan motor yang tidak memberi jalan pada para penyebrang. Alasannya? Nanggung, lagi buru buru,
telat. Para pengendara merasa lebih
memiliki jalan dibanding para pejalan kaki, sehingga lupa untuk menghargai para
pejalan kaki. Bahkan sering kan melihat
para pengendara motor menggunakan trotoar untuk menghindari macet dan
mengklakson pejalan kaki agar tidak menghalangi jalannya. Ga cukup memonopoli jalan, trotoar pun
dimonopoli oleh para pengendara. Kenyamanan
bersama? Bukan.
Menaikkan gaji pejabat merupakan
kenyamanan bersama? Bukan. Mengurangi korupsi merupakan kenyamana bersama? Ya. Tapi apakah
menaikkan gaji pejabat adalah satu faktor yang penting dan utama untuk
mengurangi korupsi? Silahkan dijawab sendiri dengan meneliti lebih lanjut
mengenai karakter bangsa ini.
Ada satu lagi karakter yang
sangat mencolok dari bangsa kita ini. Lagi
lagi saya sering temukan ini di lampu merah.
Pengikut! Followers! Mau membuktikan? Bisa. Ketika di lampu merah dan kita ada di barisan
paling depan dan yang pertama berhenti, cobalah berhenti sesuai peraturan yang
ada, di belakang zebra cross. Tunggu dan
lihat para pengendara lain, ikut berhenti atau akan lebih maju dengan
kita. Kemungkinan besar para pengendara
lain akan mengikut kita berhenti di belakang zebra cross. Tapi, kalau ada satu saja pengendara yang
berhenti (atau bahkan kita bisa coba untuk menjadi pengendara yang satu ini) di
depan zebra cross, lihatlah berapa banyak pengendara yang akan mengikuti
perbuatan satu orang ini. Coba dan
buktikan sendiri.
Karakter yang menjadi kelemahan
bangsa ini. Tapi juga sebuah karakter
yang bisa dijadikan kekuatan bangsa ini. Dimana letak kekuatan kita, disitu jugalah ada
kelemahan kita. Dan dimana kita
menemukan kelemahan, cobalah pakai kelemahan itu sebagai kekuatan kita.
Dengan karakter pengikut ini, hal
yang dibutuhkan untuk menjadikannya sebuah kekuatan adalah menjadi seorang
inspirator. Inspirator yang selalu
berusaha untuk melakukan hal yang benar demi kenyamanan bersama. Inspirator yang akan menginspirasi bangsa
dari segala lapisan. Inspirator yang
melayani dan mengenal karakter bangsa ini.
Satu inspirator akan menghasilkan banyak pengikut yang kemudian berbuah
menjadi inspirator lainnya. Karena karakter
pengikut, selalu membutuhkan seorang inspirator untuk diikuti.
Saya ga bilang inspirator ini
adalah Jokowi, tapi dari kedua kandidat Presiden yang ada, Jokowilah yang
mempunyai karakter inspirator yang dibutuhkan bangsa ini (berdasarkan hal hal
yang saya amati dari kehidupan sehari hari).
Saya bukan mengajak para pembaca
untuk memilih Jokowi, saya disini mengajak kita semua untuk mengenali karakter
bangsa ini, karakter calon pemimpin kita, karakter pemerintah kita. Sehingga kita bisa memilih dengan bijak apa
yang diperlukan untuk menyelamatkan bangsa ini.
Untuk menyelamatkan bangsa, tidak
hanya perlu pemimpin yang bijak, melainkan juga dilengkapi dengan pemerintah
yang bijak dan masyarakat yang bijak dalam memilih, dari hal memilih untuk mentaati
peraturan lalu lintas, membuang sampah pada tempatnya, tidak menggunakan uang
negara untuk kenyamanan bersama, sampai bijak dalam memilih pemimpin yang bijak
dalam memimpin dan melayani bangsa.
Jika menurut kalian memilih
Prabowo adalah hal yang bijak, silahkan.
Jika menurut kalian memilih Jokowi adalah hal yang bijak, juga
silahkan. Bijak dalam memilih, bijak
dalam menggunakan hak suara, bijak dalam mengenali karakter bangsa ini, dan
diri kita sendiri. Bijak dalam
menyelamatkan bangsa ini.
Kalimat terakhir untuk menutup
tulisan ini, kata kata yang saya dapat dari seorang pendeta satu minggu yang
lalu.
“All good things are hard to
achieve and all bad things are easy to get.
So, stay away from easy things.”
Selamat datang Indonesia bijak :)
No comments:
Post a Comment