Lebaran sendiri di rumah, makan ketupat sendiri, panasin rendang sendiri, walau sebenarnya tidak merayakan Lebaran. Rasanya cukup menyedihkan disaat tetangga kanan kiri sibuk didatangi oleh keluarga dari berbagai luar kota. Sore hari memanggil Bapak batagor yang lewat rumah, lalu menyadari mengapa Beliau berjualan di hari Lebaran pertama ini. Malam hari pergi ke supermarket dekat rumah sambil mencari makan malam. Ayam Goreng Tenda.
Saya memilih untuk makan di tempat sehingga mengurangi jumlah piring kotor di rumah. Sambil menunggu makanan siap dihidangkan, saya memperhatikan penjual ayam goreng tersebut. Satu keluarga, Ayah, Ibu, dan kedua anaknya, laki laki dan perempuan. Sang Ibu dan anak perempuan menggunakan jilbab yang menunjukkan mereka merayakan hari raya Lebaran. Saya datang ke tempat itu sendiri, rasanya terlihat sekali kalau saya menghabiskan hari libur ini seorang diri. Lalu kalau disadari, keluarga penjual ayam goreng ini, merayakan Lebaran, dan mereka tetap berjualan di malam Lebaran ini, sekeluarga. Entah mereka memang memilih untuk tetap berjualan atau punya alasan tidak bisa "berlebaran". Beda dengan para pegawai di Supermarket yang bekerja di hari ini. Mereka punya tugas dari atasan untuk bekerja. Tapi keluarga ini? Mereka tidak punya atasan yang meminta untuk tetap berjualan dan mengorbankan waktu menikmati berlebaran bersama keluarga.
Selagi menikmati makan malam, datang seorang Bapak dengan pakaian sedikit lusuh, memesan satu porsi ayam goreng berikut dengan air putih untuk dibungkus. Saya perhatikan Beliau. Meminta dipilihkan porsi yang besar kepada Ibu penjual. Lalu mengeluarkan uang dua ribuan berlembar lembar, menghitung satu per satu untuk membayar makanan yang dibeli. Satu orang lagi yang harus merayakan Lebaran dengan membeli satu porsi ayam goreng dan meminta air putih untuk dibungkus, dibawa pulang ke rumah, mungkin untuk dinikmati anaknya, istrinya, atau menikmatinya bersama. Disaat tradisi di negara ini adalah memakan ketupat dengan rendang dan opor ayam bersama keluarga besar.
Kalau udah melihat hal seperti ini, rasanya ingin menjadi Presiden, walau tak mungkin juga sanggup memberi makan seluruh penduduk Indonesia.
Daripada menunggu untuk menjadi Presiden dulu baru berbuat baik, kenapa tidak dimulai dari sekarang, detik ini juga untuk berbuat baik, walau hanya kepada satu orang. Mungkin kita berpikir apa arti bantuan kepada satu orang yang lapar disaat masih beribu ribu orang lagi yang kelaparan di sekitar kita, tapi siapa yang tau arti satu porsi makanan itu bagi mereka?
Dan diatas semuanya itu, saya ucapkan terima kasih banyak kepada Bapak batagor dan keluarga penjual ayam goreng dan segenap para penjual yang tetap berjualan di hari Lebaran ini, kalian sangat berjasa mengenyangkan perut saya malam ini!
Selamat Lebaran Saudara Sepupu!
No comments:
Post a Comment