Teras kantor akan sangat ribut
ketika jam istirahat anak anak sekolah.
Kami yang di kantor pasti akan bergantian keluar ataupun teriak sekedar
meminta anak anak tidak lari lari di teras atau meminta mereka berhenti memanjat
pohon. Kali ini saya hanya iseng saja
berjalan ke teras sambil asik menyeduh teh panas. Di dekat jejeran bunga bunga di halaman, ada
empat sampai lima anak kelas 1 SD yang berkumpul dan memperhatikan tanah yang
ada. Saya pun bertanya apa yang mereka
lakukan karena khawatir mereka ingin mencabut bunga untuk dijadikan permainan
masak masakkan. Lalu seorang anak datang
ke saya dan membuka telapak tangannya, “Kita mau tanam biji jeruk, Miss.”
Mendengar alasan itu tentu saja
saya menjawab, “Oh iyo, tanam sudah.”
Lalu saya pun kembali masuk ke ruangan untuk bekerja. Tidak lama setelah itu, mungkin sekitar 15
menit kemudian saya kembali keluar untuk pergi ke ruangan teman kerja, anak
anak itu kembali memanggil saya, kali ini dengan nada yang lebih riang, “Miss,
kita sudah tanam.”
“Oh iyokah? Su tanam betul?”
“Iyo sudah.”
“Ok! Mantap! Hebat! Dirawat ya.”
“Iya Miss, nanti kalau su ada
buah, Miss Gita boleh ambil.”
“Oh begitu, ok, Makasih ya. Hebat!”
Hari ini, 2 minggu setelah mereka
menanam biji jeruk, ketika sampai di kantor saya melihat salah satu anak anak
yang menanam biji jeruk itu sedang berdiri manis di jejeran bunga bunga di
halaman sambil membawa botol minum di tangannya. Saya menyapa dan bertanya, “Bagaimana? Sudah
mulai tumbuh jeruknya?”
“Sudah, Miss”, dia menjawab
dengan tersenyum bangga walau kini air minumnya sudah berkurang.
Karakter berani mencoba, berharap
dengan optimis, mau berkorban untuk sesuatu atau orang lain, bahagia dan bangga
berhasil berbuat sesuatu itu juga bisa didapat dari hal sederhana. Tentu saja mereka mungkin belum sadar mereka
sendiri sedang belajar menanamkan karakter itu untuk diri sendiri dan
juga orang lain yang melihatnya (saya) and the readers of this short story as
well.
No comments:
Post a Comment